Untuk secara efektif melawan plagiarisme pribadi di Universitas dan Perguruan Tinggi dan memaksimalkan penggunaan alat pencegahan, kita harus memahami secara mendalam alasan dan praktik yang mendasari plagiarisme pribadi. plagiat. Wawasan komprehensif ini akan memandu para pendidik untuk memfokuskan upaya kolaboratif mereka dan cara terbaik untuk memprediksi dan memfasilitasi perubahan positif.
Alasan utama plagiarisme pribadi
Berbagai penelitian dari berbagai negara menunjukkan perilaku mahasiswa dan kebiasaan menulis, serta karakteristik proses studi di perguruan tinggi, sebagai kontributor utama plagiarisme. Daripada didorong oleh satu motif, plagiarisme pribadi biasanya muncul dari banyak faktor, yang mungkin terkait erat dengan otoritas institusi.
Meskipun mengurutkan alasan plagiarisme pribadi berdasarkan signifikansinya mungkin tidak disetujui secara universal, hal ini membantu dalam mengidentifikasi area spesifik yang perlu ditargetkan. anti-plagiarisme intervensi.
Alasan utama plagiarisme siswa
Studi dari berbagai negara telah mengidentifikasi alasan umum berikut di balik plagiarisme pada karya tulis mahasiswa di universitas dan perguruan tinggi:
- Kurangnya literasi akademik dan informasi.
- Manajemen waktu yang buruk dan kekurangan waktu.
- Kurangnya pengetahuan tentang plagiarisme sebagai kesalahan akademis
- Nilai dan perilaku individu.
Faktor-faktor mendasar ini menyoroti tantangan yang dihadapi siswa dan menyoroti pentingnya lembaga pendidikan mengambil langkah-langkah proaktif untuk mendidik dan membimbing mereka tentang integritas akademik dan praktik penelitian yang tepat.
Praktik dan tren plagiarisme
Analisis penyebab plagiarisme, seperti yang disoroti oleh para peneliti dari berbagai negara, menunjukkan cara spesifik untuk menjelaskan mengapa beberapa siswa lebih cenderung melakukan plagiarisme dibandingkan siswa lainnya:
- Laki-laki lebih sering melakukan plagiat dibandingkan perempuan.
- Siswa yang lebih muda dan kurang dewasa lebih sering menjiplak dibandingkan teman mereka yang lebih tua dan lebih dewasa.
- Siswa yang kesulitan secara akademis lebih cenderung melakukan plagiat dibandingkan dengan siswa yang berprestasi.
- Siswa yang aktif secara sosial dan terlibat dalam berbagai kegiatan cenderung lebih banyak melakukan plagiat.
- Siswa yang mempertanyakan, mereka yang mencari konfirmasi, serta mereka yang agresif atau sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial, lebih cenderung melakukan plagiat.
- Siswa lebih cenderung melakukan plagiat ketika mereka menganggap mata pelajaran tersebut membosankan, atau tidak relevan, atau jika mereka menganggap pengajarnya tidak cukup ketat.
- Mereka yang tidak takut ketahuan dan menghadapi dampak buruk juga lebih cenderung melakukan plagiat.
Oleh karena itu, para pendidik harus menyadari bahwa mereka mengelola generasi yang sangat terikat dengan teknologi modern dan terus-menerus dibentuk oleh perubahan gagasan tentang hak cipta di masyarakat.
Kesimpulan
Dalam memerangi plagiarisme pribadi dalam pendidikan tinggi, penting untuk memahami akar penyebab dan tren umum. Dari perilaku dan nilai individu hingga prosedur kelembagaan, berbagai faktor berkontribusi terhadap plagiarisme. Hal ini berkisar dari buta huruf akademis dan kesulitan dalam mengatur waktu hingga nilai-nilai pribadi dan pergeseran masyarakat dalam pemahaman hak cipta. Saat para pendidik menghadapi tantangan ini, mengidentifikasi pengaruh teknologi dan sosial terhadap generasi saat ini menjadi hal yang penting. Langkah-langkah proaktif, intervensi yang terinformasi, dan fokus baru dalam mendukung kejujuran akademis merupakan langkah maju yang penting dalam mengatasi dan mengurangi plagiarisme. |